Penemuan Besar di Batu Angkasa yang Kecil

Saat ini, para ilmuwan yang bekerja dengan pesawat ruang angkasa Dawn sedang membuat dampak besar dengan penemuan baru : salah satu gunung terbesar di Tata Surya berhasil ditemukan di asteroid!
Asteroid adalah gumpalan materi batuan dan es di angkasa. Usianya sudah sangat tua dan terbentuk saat Tata Surya lahir. Sebagian besar asteroid di Tata Surya ditemukan di antara planet Mars da Jupiter – sebuah area yang disebut Sabuk Ateroid.

Misi Dawn ke asteroid Vesta. kredit : UNAWE

Samudra di Bawah Permukaan Europa

Mencari kehidupan lain.  Topik yang satu ini tidak akan pernah berhenti untuk diperbincangkan dan diteliti karena inilah keingintahuan terbesar manusia di sepanjang zaman. Apakah ada kehidupan lain di luar Bumi? Seperti apakah kehidupan itu…


Ilustrasi Danau Besar di Europa. kredit : Britney Schmidt/Dead Pixel FX/University of Texas at Austin

Pencarian ini membawa manusia menjelajah alam semesta untuk mencari adanya kemunkinan tersebut. Tata Surya dijelajahi, sistem luar surya atau sistem keplanetan di bintang lain. Yang dicari pun bukan bentuk kehidupan itu tapi lingkungan yang bisa mendukung kehidupan bertumbuh. Apa itu?

Dampak di Uranus Bukan Keajaiban Sekali Tabrakan

Planet Uranus itu bola yang eksentrik. Hmm kok bisa dibilang eksentrik? Uranus, berbeda dengan planet lain di Tata Surya. Ia berputar pada sisinya!


Uranus. Kredit :NASA/Space Telescope Science Institute

Artinya, kalau kamu ada di Uranus maka kamu tidak akan melihat adanya siang dan malam seperti yang ada di Bumi. Perputaran planet ini tidak mempengaruhi bagian mana dari planet Uranus yang menghadap Matahari.

Rahasia si Bintang Vampir

Anda penggemar Twilight saga? Tertarik ingin melihat bagaimana Vampir bekerja menghisap hidup makhluk lainnya? Kali ini alam semesta punya cerita tentang bintang vampir yang menghisap hidup bintang lainnya.




Sistem Bintang Ganda SS Leporis. Kredit : ESO/PIONIER/IPAG

Astronom berhasil melihat kisah ini ketika mereka menggabungkan 4 teleskop di Observatorium Paranal milik ESO dan membentuk teleskop virtual berdiameter 130 meter dengan ketajaman pandangan 50 kali lebih tajam dari teleskop Hubble.  Ketajaman dari ke-4 teleskop VLT dalam mengumpulkan cahaya tidak hanya menghasilkan citra atau gambar yang tajam lebih cepat dari biasanya.

Gerhana Bulan Total Terakhir di Tahun 2011

Di penghujung tahun 2011, masyarakat Indonesia berkesempatan untuk menikmati gerhana Bulan. Kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga dan teman sambil menikmati fenomena alam yang menarik tersebut.
Bulan yang tampak kemerahan saat fasa gerhana Total. kredit : Jeff Teng
Gerhana Bulan Total (GBT) di akhir tahun 2011 yang juga merupakan peristiwa GBT kedua di tahun 2011 akan berlangsung dari sore hari setelah Matahari terbenam sampai jelang tengah malam. Gerhana terakhir di tahun 2011 ini akan terjadi ketika Bulan sedang berada pada titik turun di timur Rasi Taurus. Saat gerhana, Bulan baru saja melintasi titik terjauhnya dari Bumi yang terjadi tanggal 6 desember 2011 ketika Bulan berada pada jarak 405400 km.

Astronom Temukan Jejak Alam Semesta Lain

Apakah alam semesta itu hanya satu? Ataukah ada alam semesta lainnya?
Sekelompok peneliti yang dipimpin Stephen Feeney mencoba memberi jawaban atas pertanyaan tersebut. Hasil penelitian mereka menunjukkan adanya sesuatu yang lain dalam echo (gaung) dentuman besar. Mereka memulai analisanya dari pemodelan alam semesta yang berbeda yang disebut inflasi abadi.
Teori Inflasi Abadi

Tanda tabrakan gelembung pada berbagai tahapan.

Menit-Menit Awal Alam Semesta

Seperti diketahui, Big Bang atau Dentuman besar merupakan sebuah kejadian yang memicu terbentuknya alam semesta. Tapi meskipun demikian, informasi akan apa yang terjadi di era Nukleosintesis Dentuman Besar ketika alam semesta baru berusia beberapa detik sampai beberapa menit belumlah benar-benar diketahui.
Lantas apa yang harus dilakukan untuk mengetahui apa yang terjadi dahulu? Jelas tidak mungkin jika manusia pergi ke masa itu, namun ekstrapolasi hukum fisika bisa membawa manusia untuk menelusuri kembali apa yang terjadi sekarang sampai ke waktu terjadinya nukleosintesa. Penelusuran itu bisa berlanjut lebih jauh ke masa lalu untuk memberi susunan dan gambaran akan apa yang sebenarnya terjadi di masa awal alam semesta. Tapi sejauh mana bisa berekstrapolasi menuju singularitas masih menjadi perdebatan tapi disepakati waktunya tidak lebih awal dari epoh Planck atau 10-43 detik.

Semesta Khatulistiwa 2011

World Space Week, kegiatan yang dirayakan masyarakat dunia setiap tanggal 4 – 10 Oktober setiap tahunnya tersebut dilaksanakan untuk  memperingati kegiatan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta kontribusinya dalam kehidupan manusia.  Di Indonesia, World Space Week rutin diadakan juga oleh Himpunan Mahasiswa Astronomi ITB tidak hanya untuk merayakan Space Week itu sendiri melainkan juga untuk merayakan Dies Natalis Himastron. Di Tahun 2011, WSW kembali diadakan bersamaan dengan peringatan Dies Natalis Himastron ke-46 dan perayaan 60 Tahun Pendidikan Tinggi Astronomi di Indonesia dengan mengambil tema “Semesta Khatulistiwa”.

Semesta Khatulistiwa, perayaan World Space Week, Dies Natalis Himastron & 60 Tahun Pendidikan Tinggi Astronomi di Indonesia. kredit : Himastron

NASA Merilis Foto-foto Dari Lokasi Pendaratan Manusia di Bulan

Pernahkah manusia mendarat di Bulan? Itu pertanyaan yang bertahun-tahun lamanya muncul dan diperdebatkan oleh mereka yang mempercayai teori konspirasi.

Tapi apakah foto-foto terbaru dari Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO) masih akan memberi ide baru bagi para penganut teori konspirasi dan mereka yang suka sekali dengan hoax tentang pendaratan di Bulan?

Pendaratan di Bulan tidak hanya terjadi sekali saja. Setidaknya ada 5 kali pendaratan di Bulan setelah Apollo 11. Misi pendaratan terakhisr adalah Apollo 17 sementara misi Apollo 13 gagal dan perencanaan misi Apollo 18,19 dan 20 dibatalkan.

Hembusan Gelembung di Sekitar Galaksi Kita !

Bumi memiliki banyak sekali satelit buatan yang mengorbit dirinya. Tapi Bumi hanya punya satu satelit alam: Bulan. Galaksi tempat tinggal kita – galaksi Bima Sakti – juga memiliki beberapa satelit alam yang mengorbit dirinya. Satelit-satelit tersebut dikenal dengan nama galaksi katai karena ukurannya yang jauh lebih kecil dari galaksi normal seperti Bima Sakti. Yang menarik, astronom menamakan salah satu galaksi katai yang mengorbit Bima Sakti dengan nama Awan Magellan Besar.

Nebula LHA 120-N 44 disekeliling gugus bintang NGC 1929.

Planet X Bukan Planet Nibiru

Bagian luar Tata Surya masih memiliki banyak planet-planet minor yang belum ditemukan. Sejak pencarian Planet X dimulai pada awal abad ke 20, kemungkinan akan adanya planet hipotetis yang mengorbit Matahari di balik Sabuk Kuiper telah membakar teori-teori Kiamat dan spekulasi bahwa Planet X sebenarnya merupakan saudara Matahari kita yang telah lama “hilang”. Tetapi, mengapa kita harus cemas duluan akan Planet X/Teori Kiamat ini? Planet X kan tidak lain hanya merupakan obyek hipotetis yang tidak diketahui?
Teori-teori ini didorong pula dengan adanya ramalan suku Maya akan kiamat dunia pada tahun 2012 (Mayan Prophecy) dan cerita mistis Bangsa Sumeria tentang Planet Nibiru, dan akhirnya kini memanas sebagai “ramalan kiamat” 21 Desember 2012. Namun, bukti-bukti astronomis yang digunakan untuk teori-teori ini benar-benar melenceng.
Pada 18 Juni kemarin, peneliti-peneliti Jepang mengumumkan berita bahwa pencarian teoretis mereka untuk sebuah massa besar di luar Tata Surya kita telah membuahkan hasil. Dari perhitungan mereka, mungkin saja terdapat sebuah planet yang sedikit lebih besar daripada sebuah objek Plutoid atau planet kerdil, tetapi tentu lebih kecil dari Bumi, yang mengorbit Matahari dengan jarak lebih dari 100 SA. Tetapi, sebelum kita terhanyut pada penemuan ini, planet ini bukan Nibiru, dan bukan pula bukti akan berakhirnya dunia ini pada 2012. Penemuan ini adalah penemuan baru dan merupakan perkembangan yang sangat menarik dalam pencarian planet-planet minor di balik Sabuk Kuiper.
Dalam simulasi teoretis, dua orang peneliti Jepang telah menyimpulkan bahwa bagian paling luar dari Tata Surya kita mungkin mengandung planet yang belum ditemukan. Patryk Lykawa dan Tadashi Mukai dari Universitas Kobe telah mempublikasikan paper mereka dalam Astrophysical Journal. Paper mereka menjelaskan tentang planet minor yang mereka yakini berinteraksi dengan Sabuk Kuiper yang misterius itu.

Ledakan Supernova di Galaksi Whirlpool

Sebuah supernova baru tampak di langit malam dan mengejutkan para pengamat. Kejutan yang menyenangkan bagi para astronom dan astronom amatir. Untuk kedua kalinya, sebuah bintang meledak di Galaksi Whirlpool (Messier 51 / M51) dalam 6 tahun terakhir. Dan berita baiknya para pengamat bisa menikmatinya dari halaman rumah anda dengan teleskop menengah maupun yang besar
Petunjuk Supernova

Galaksi Whirlpool atau M51. Kredit : Jim Misti

Komet dan Samudera, Sebuah Benang Merah

Bumi adalah sebuah keajaiban semesta. Pada masa awal tata surya, Matahari berada dalam fase T–Tauri yang dramatis sehingga membuat senyawa–senyawa gampang menguap seperti air, hidrogen, helium, metana, amoniak, nitrogen, karbon monoksida dan karbondioksida terusir dari permukaan planet–planet terestrial bersama sisa gas dan debu yang membentuk tata surya. Fase T–Tauri menyebabkan Matahari meradiasikan angin Matahari jauh lebih intens dan melepaskan panas dengan intensitas lebih besar, sehingga pada orbit Bumi saja suhunya diestimasikan sebesar 2.000° Celcius atau 100 kali lebih panas dibanding sekarang.
Maka menjadi sebuah pertanyaan besar, mengapa kini Bumi demikian berlimpah dengan air? Sebab ganasnya lingkungan tata surya purba pada saat Matahari menjalani fase T–Tauri hanya akan menyisakan senyawa–senyawa silikat saja di Bumi. Sementara air terusir jauh–jauh sampai ke jarak 600 hingga 750 juta km dari Matahari. Dan dibandingkan planet–planet terestrial tetangganya, hanya di Bumi air berada dalam wujud cair dan berlimpah. Sangat berbeda dengan Mars, yang hanya bisa dijumpai adanya jejak–jejak aliran air purba di permukaannya dengan siklus pembasahan sekitar setengah hingga sejuta tahun sekali. Pun demikian Merkurius, dimana air bahkan hanya bisa dijumpai pada kawasan sangat terbatas di kedua kutubnya sebagai bekuan abadi (permafrost).

Planet Batuan Lahir Dari Planet Gas Raksasa?

Awal 2011,  teleskop landas angkasa Kepler mengumumkan penemuan 1200 kandidat planet baru dengan satu per empat di antaranya merupakan planet Super Bumi.
Penemuan tersebut memicu keingintahuan para astronom terkait bagaimana planet super Bumi itu bisa terbentuk.  Diduga, planet batuan terbentuk dari kegagalan pembentukan obyek gas raksasa seukuran Jupiter.
Pembentukan Planet

Planet super Bumi diduga terbentuk dari planet Jupiter yang gagal terbentuk. kredit : NASA

Hujan Meteor Perseid 2011

Sambil menjalankan ibadah puasa tahun ini, ada fenomena alam yang juga bisa dinikmati meskipun agak sulit. Apalagi kalau bukan fenomena tahunan Hujan Meteor Perseid.
Hujan meteor Perseid tahun 2011 mulai tampak sejak 17 Juli – 24 Agustus dan akan mencapai puncaknya pada tanggal 12-13 Agustus 2011. Pada saat mencapai puncak para pengamat seharusnya bisa menyaksikan setidaknya 100 meteor per jam. Sayangnya, pada tanggal 13 Agustus Bulan sedang mencapai fasa purnama. Artinya cahaya dari Bulan yang cukup terang akan menghalangi pengamat untuk menyaksikan sebagian besar meteor yang melintasi langit malam. Pada tanggal 13 Agustus, bulan baru akan terbenam jam 05.18 dini hari wib.

Hujan meteor Perseid yang tampak muncul dari Rasi Perseus. Kredit : Star Walk

Nama-Nama Indonesia pun Tertera di Angkasa


Planet minor adalah istilah yang digunakan untuk obyek langit non planet atau komet yang mengitari Matahari.  Planet minor pertama yang ditemukan adalah Ceres pada tahun 1801 yang kemudian dikenal juga sebagai planet katai setelah IAU melakukan redenefinisi terhadap klasifikasi planet di tahun 2006.
Sampai dengan Desember 2010, sudah 257.455 planet minor yang sudah diberi nomor identifikasi / kodifikasi dari 535000 lebih planet minor yang sudah ditemukan. Dan dari 257.455 planet minor itu  baru sekitar 16154 planet minor yang sudah memiliki nama resmi.  Di antara ribuan nama tersebut, beberapa di antaranya memiliki nama Indonesia, yang diberikan sebagai penghargaan ataupun pengingat akan suatu tempat dan kejadian.

Nama Asteroid Berdasarkan Nama Mantan Kepala Observatorium Bosscha


Observatorium Bosscha. kredit : ivie
Yang terbaru, pada bulan November 2010, IAU memberikan 4 nama Indonesia sebagai nama 4 asteroid yang berada di Sabuk Utama Asteroid. Keempat nama tersebut merupakan nama-nama mantan kepala Observatorium Bosscha yang diberikan oleh IAU sebagai penghargaan kepada Observatorium Bosscha yang merupakan observatorium di Indonesia sekaligus yang memiliki peran penting dalam sejarah perkembangan astronomi di langit selatan.

Akankah Betelgeuse Meledak Sebelum Tahun 2012?


Setidaknya saat ini ada 3 pemberitaan dengan berita utama yang hampir sama. Beritanya menarik loh.  Dalam ketiga berita tersebut, disebutkan Bumi tak lama lagi akan memiliki “Dua Matahari”.

BIntang maharaksasa Betelgeuse yang dipotret oleh VLT milik ESO pada panjang gelombang dekat infra merah. Kredit : ESO / Perre Kervella
Salah satu berita menyebutkan Betelgeuse akan mendekat dan supernova mencapai Bumi sebelum tahun 2012 ketika si bintang meledak. Di berita lainnya disebutkan menurut prediksi Brad Carter, dosen fisika senior dari University of Southern Queensland, Australia, saat Betelgeuse meledak sebagai supernova ia akan sangat terang sampai-sampai malam akan menadi seperti siang hari selama satu atau dua minggu.
Nah menarik kan? Apalagi disebutkan bintang maha raksasa merah di Rasi Orion itu akan “meledak” dan tampak seperti “Matahari” akhir tahun ini… ok.. artinya.. kita akan melihat “bintang terang laksana Matahari di tahun 2012. Artinya lagi, apa ini ada kaitannya dengan isu kiamat. Oh la la…
Setelah mencoba mencari tau sumber “kredibel” (paper yang diterbitkan resmi di jurnal ataupun sumber pertama lainnya jika ini bukan hasil penelitian) dari berita tersebut, ternyata diketahui berita tersebut berasal dari salah satu media di Australia.
Dalam berita tersebut pemberitaannya tidak jauh berbeda, yakni kita akan melihat matahari lain menyinari Bumi meski hanya dalam hitungan beberapa minggu. Selain itu ditambahkan juga bahwa ketika ledakan tersebut terjadi, akan ada hujan partikel nutrino yang menghantam Bumi meskipun katanya lagi tidak berbahaya.

Supernova Tipe Ia dari Galaksi Pinwheel


Seperti apa bintang yang meledak? Manusia di Bumi saat ini mungkin bisa menjadi saksi dari ledakan bintang yang dikenal sebagai supernova itu. Tapi, sayangnya supernova ini bukan sesuatu yang bisa dilihat begitu saja dengan mata telanjang.
Ledakan Bintang Langka

SN 2011fe atau PTF 11kly yang berada di galaksi Pinwheel. Kredit : Credit: BJ Fulton, LCOGT
Supernova PTF 11kly atau SN 2011fe merupakan ledakan bintang yang baru ditemukan oleh Andy Howell dari UC Santa Barbara dan para peneliti dari Las Cumbres Observatory Global Telescope Network (LCOGT).  SN 2011fe yang dilihat di Galaksi Pinwheel (M101) tersebut berada dekat dengan Bumi yaitu sekitar 21 juta tahun cahaya, jika dibanding dengan supernova sejenis dalam satu generasi.  Galaksi Pinwheel yang menjadi galaksi induk bagi SN 2011fe merupakan galaksi spiral dengan massa 10 kali galaksi Bima Sakti.
Kalau dekat apakah ledakan bintang ini berbahaya atau berpengaruh bagi Bumi? Jawabannya jelas tidak berbahaya dan tidak akan mempengaruhi Bumi.  Yang menarik dari penemuan pada tanggal 24 Agustus lalu tersebut adalah, SN 2011fe diyakini merupakan supernova yang baru meledak dalam beberapa jam. Tak pelak ini menjadi kejadian langka yang dapat disaksikan para pengamat langit.

Lubang Hitam, Pemangsa di Alam Semesta


Apa yang ada di benakmu ketika seseorang menyebut lubang hitam? Sebuah lubang yang dalam dan gelap? Ataukah sebuah lubang raksasa yang bisa melahap apa saja di dekatnya?
Sebagian besar orang memang akan langsung mengasumsikan lubang hitam sebagai pusaran yang lapar dan mampu melahap apa saja yang ada disekitarnya. Sayangnya anggapan itu tidak sepenuhnya benar.
Apa itu Lubang Hitam ?
Lubang hitam merupakan obyek yang gravitasinya sedemikian kuat sehingga kecepatan lepasnya jadi jauh lebih besar dari kecepatan cahaya. Ups, apa maksudnya ya?

Lubang hitam masif di Bimasakti. Kredit gambar : IFA Hawaii
Apa yang menahan kita tetap berpijak di Bumi? Tak lain adalah gaya gravitasi. Tapi ternyata gaya gravitasi ini bisa dikuasai untuk tidak menahan seseorang tetap berada di Bumi. Bagaimana caranya?
Coba lemparkan batu ke udara. Ia akan mengangkasa sesaat sebelum gravitasi Bumi memperlambat geraknya dan menariknya  kembali ke tanah. Lemparkan lebih kuat lagi maka ia akan bergerak lebih cepat dan tinggi sebelum kemudian jatuh kembali. Tapi batu itu bisa saja lepas kalau dilempar lebih kuat lagi sehingga ia bisa memiliki kecepatan yang cukup untuk lepas dan gravitasi Bumi tidak akan memperlambat dan menghentikan gerak si batu tadi. Pada kondisi ini batu yang dilemparkan tadi akan memiliki kecepatan yang cukup untuk lepas dari Bumi. Seberapa besarkah kecepatan itu?

Arkeoastronomi, Keagungan Peradaban Manusia


Dunia astronomi modern disibukkan dengan penelitian extrasolar planet, dimana manusia ingin mencari “tempat tinggal” yang baru dan peluncuran teleskop luar angkasa yang akan mencari “batas” terluar alam semesta. Semua itu hebat, semua itu canggih, rumit dan mengagumkan. Tetapi, 2000 tahun yang lalu ada pekerjaan lain yang telah dilakukan oleh nenek moyang kita yang tak kalah rumit dari sebuah teleskop Hubble.
Arkeoastronomi adalah sebuah ilmu yang mempelajari astronomi di masa lampau. Secara garis besar, bidang arkeoastronomi dibagi menjadi 3 bagian, yaitu astroarkeologi, sejarah astronomi dan etnoastronomi. Astroarkeologi mempelajari astronomi dalam hubungannya dengan arsitektur bangunan kuno. Sejarah astronomi mempelajari perjalanan sejarah ilmu astronomi melalui sumber tertulis. Etnoastronomi mempelajari kaitan antara astronomi dan budaya masyarakat di masa lampau. Bila diringkas, arkeoastronomi merupakan bidang ilmu irisan antara astronomi, arkeologi dan antropologi.
stonehenge
Stonehenge pada tahun 2004. Kredit : David. H Kelley
Salah satu karya astroarkeologi di dunia adalah Stonehenge. Monumen batu terbesar di dunia ini diperkirakan mulai disusun pada tahun 3000 sebelum masehi. Stonehenge terletak 150 km di sebelah barat kota London dan dikelilingi oleh dataran hijau Salisbury. Dengan berat masing – masing batu sekitar 50 ton dan tinggi sekitar 3 meter, batu – batuan ini disusun membentuk lingkaran berlapis.

Mengenal Cheomseongdae, Observatorium Tertua di Dunia


Jika anda penggemar drama Korea Great Queen Seondeok, barangkali anda pernah mendengar tentang Cheomseongdae. Dalam salah satu episode, diceritakan bahwa putri Deokman setelah dilantik menjadi putri mahkota kerajaan Silla memerintahkan pembangunan sebuah tempat yang dapat digunakan oleh masyarakat umum untuk melakukan perhitungan astronomi secara mandiri. Dengan demikian, tidak ada lagi pejabat dan orang terpelajar yang bisa memanfaatkan ilmu astronomi–dan astrologi yang pada masa itu tak ada perbedaan antara keduanya–untuk menipu warga. Tempat pengamatan astronomi itu dinamakanCheomseongdae.

Cheomseongdae Silla di kota Gyeongju, Korea Selatan, dilihat dari arah timur laut. Kredit : ICOMOS-IAU
Walaupun kisahnya tidak sama seperti yang diceritakan dalam serial drama tersebut, namun Cheomseongdae peninggalan kerajaan Silla memang ada, dibangun pada masa pemerintahan ratu Seondeok dan bangunannya masih berdiri sampai sekarang, menjadi warisan kebudayaan bangsa Korea dan salah satu atraksi wisata menarik di Korea Selatan.
Cheomseongdae Silla terletak di Gyeongju. Dulunya kota ini merupakan ibukota kerajaan Silla dengan nama Seorabeol. Posisi persisnya tak jauh dari istana Ponweolseong, pada koordinat 35°49’53″ LU dan 129°13’20″ BT.

Titanium yang Melimpah Ditemukan di Bulan


Bulan ternyata menyimpan kandungan Titanium yang melimpah

Ilmuwan mengklaim bahwa mereka telah menemukan limpahan di bulan, yang jumlahnya dikatakan jauh lebih banyak dari Bumi.

Seperti yang dikutip dari AFP, Minggu (9/10/2011), para ilmuwan mengatakan bahwa sebuah peta terbaru dari Bulan mengungkap jumlah masif dari bijih besi titanium yang 10 kali lebih banyak dari Bumi, sebuah temuan yang memungkinkan sebuah pertambangan di bulan untuk ke depannya.

Penemuan ini diambil melalui kamera di United States Lunar Reconnaissance Orbiter, yang meneliti permukaan di bulan, melihatnya dalam tujuh jenis gelombang cahaya.

Mark Robinson of Arizona State University, mempresentasikan penelitiannya tersebut di sebuah konferensi di Nantes, barat Perancis, bersama dengan Brett Denevi of Johns Hopkins University di Baltimore.

Mereka mengungkap penelitiannya dengan memakai sebuah sampel batuan Bulan yang dibawa ke Bumi oleh Apollo 17 pada tahun 1972, serta gambar-gambar di sekitar tempat pendaratan roket tersebut, dengan menggunakan teleskop angkasa Hubble.
(ATA)

Planet Kembaran Bumi Ditemukan

Mimpi untuk tinggal di planet selain bumi yang kita tempati sekarang ini mungkin sebentar lagi akan menjadi kenyataan. Pasalnya, sebuah planet ekstrasolar yang mirip bumi ditemukan oleh para astronomer dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics yang mengorbit pada sebuah bintang kerdil merah sekitar 40 tahun cahaya dari bumi. Planet esktrasolar yang dinamai GJ1214b ini dikatakan mirip bumi dikarenakan strukturnya yang juga berbatu tidak tersusun atas gas seperti Jupiter atau Saturnus, memiliki atmosfer, dan diperkirakan mengandung hidrosfer atau lapisan air.

GJ1214b memiliki radius sekitar 2.7 kali bumi dan kerapatan 6.5 kali dari kerapatan bumi sehingga disebut juga sebagai salah satu planet “super-bumi” (super-Earth). Super-Bumi merupakan istilah planet yang mirip bumi dengan densitas 1-10 kali densitas bumi. Super-Bumi ini mengorbit pada sebuah bintang kerdil merah berukuran seperlima Matahari dengan suhu permukaan hanya sekitar 4900°F atau sekitar 2700°C dan tingkat kecerahan hanya seperseribu dari Matahari.

Meskipun secara struktural planet ini mirip dengan bumi, namun suhu permukaan planet ini cukup tinggi yaitu sekitar 400°F atau sekitar 204°C yang menjadikannya kurang layak ditinggali manusia. Dengan suhu setinggi itu, astronom tetap memastikan adanya lingkungan air di planet itu.

Masalah atmosfer planet itu juga menjadi perhatian para astronom. Peneliti menduga ada tiga kemungkinan atmosfer yang dimiliki planet ini. Asumsi pertama, atmosfer ini seperti selubung tebal yang penuh akan uap air akibat penguapan oleh panas bintang di sekitarnya. Asumsi kedua, planet ini dikelilingi oleh es dengan atmosfer terdiri atas hidrogen/helium. Asumsi yang ketiga adalah bahwa atmosfer planet ini terdiri atas berbagai campuran gas yang dikeluarkan oleh gunung berapi di planet itu sendiri.

Bagaimanapun penemuan planet kembaran bumi ini merupakan suatu penemuan yang sangat berharga bagi manusia dalam pencarian terhadap kemungkinan adanya makhluk hidup selain manusia di luar angkasa sekaligus pencarian terhadap “tempat tinggal” masa depan manusia.

Kendala utama yang dihadapi untuk mencapai planet tersebut adalah transportasi. Bagaimana mungkin dengan teknologi sekarang ini kita dapat pergi ke suatu planet yang bahkan cahaya –benda tercepat yang kita ketahui– memerlukan waktu 40 tahun untuk mencapainya. Mungkin tantangan inilah yang akan melahirkan inovasi teknologi astronomi dan astrofisika selanjutnya.

Disarikan dari www.sciencedaily.com

Planet Batuan Lahir Dari Planet Gas Raksasa?

wal 2011, teleskop landas angkasa Kepler mengumumkan penemuan 1200 kandidat planet baru dengan satu per empat di antaranya merupakan planet Super Bumi.

Penemuan tersebut memicu keingintahuan para astronom terkait bagaimana planet super Bumi itu bisa terbentuk. Diduga, planet batuan terbentuk dari kegagalan pembentukan obyek gas raksasa seukuran Jupiter.

Pembentukan Planet

Bagaimana planet terbentuk? Berdasarkan teori pembentukan planet yang diterima secara umum, planet terbentuk melalui sebuah metode yang dikenal sebagai akresi inti.

Berdasarkan teori akresi, bintang yang baru terbentuk akan memiliki selubung gas dan debu. Di dalam selubung tersebut butiran-butiran debu yang ada akan saling mengikat dan menyatu untuk membentuk obyek yang lebih besar dan dikenal dengan nama planetesimal.

Planetesimal yang ada terbentuk kemudian saling bertabrakan dan bersatu membentuk kumpulan materi yang lebih besar dan lebih besar lagi. Ketika gumpalan materi yang terbentuk itu mencapai massa kritis, gravitasinya akan menarik gas yang ada di piringan di sekitarnya untuk bergabung.

Fakta Bumi

Bagi kita yang hidup di atas bumi, mungkin Anda beranggapan kita sudah sangat memahami hal ihwal kehidupan di planet ini, tapi, belum tentu, ada sejumlah fakta yang mungkin belum Anda ketahui. Mungkin sekilas tidak terlintas dalam benak Anda, berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui yang dikutip dari Beijing Technology. Coba Anda jawab sejenak, lihat seberapa luas pemahaman Anda tentang masalah ini.

Apakah dalam satu hari itu akan selalu 24 jam ?
Pada 1000 tahun silam, satu hari di bumi hanya 18 jam sehari, dari hari ke hari rotasi bumi semakin lamban, dan dalam satu hari sekarang adalah 24 jam, menurut perhitungan ilmuwan, bahwa kelak di masa yang akan datang, dalam satu hari di bumi akan menjadi 960 jam!

Berapa luas permukaan bumi ?
Luas permukaan bumi adalah 510,1 juta km persegi.

Galaksi Besar Berhenti Bertumbuh Sejak 7 Milyar Tahun Yang Lalu

Pembentukan dan pertumbuhan galaksi diperkirakan terjadi sebagai akibat gaya gravitasi antara sub galaksi atau gabungan sub galaksi yang prosesnya terjadi terus-menerus.

Yang menarik, data terbaru dari tim peneliti John Moores University, Liverpool justru menantang konsep yang sudah lama ada tersebut. Kok bisa? Data terbaru menunjukkan kalau pertumbuhan sebagian obyek masif tersebut berhenti 7 milyar tahun lalu saat alam semesta baru mencapai setengah dari usianya saat ini.

Konsep Pembentukan Galaksi

Bagaimana galaksi terbentuk dan kemudian mengalami evolusi masih merupakan pertanyaan yang sebagian besar belum terjawab. Selama ini diyakini ada kelompok sub-galaksi yang bergabung membentuk galaksi, dan terkait dengan fluktuasi dalam kerapatan materi di kosmos yang tersisa setelah Dentuman Besar yang saat ini terlihat sebagai riak temperatur pada radiasi kosmik latar belakang (cosmic microwave background / cmb)

Bintang Kaya Logam, Induk Bagi Planet Batuan

Berdasarkan data dari Teleskop Angkasa Kepler, maka astronom yang akan berburu planet batuan harus fokus pada bintang lebih kecil yang memiliki kelimpahan logam.

Hasil penemuan terbaru mengungkapkan kalau planet batuan seperti halnya planet raksasa lebih mungkin untuk ditemukan pada bintang dengan kandungan logam yang tinggi. Selain itu planet batuan juga lebih banyak terdapat di sekitar bintang bermassa rendah.

Hubungan Bintang dan Planet Gas

Kevin Schlaufman dan Gregory Laughlin dari University of California di Santa Cruz mempelajari 997 bintang yang memiliki kandidat planet di orbitnya dan keduanya menemukan kalau planet besar maupun kecil lebih sering ditemukan di sekitar bintang yang memiliki kelimpahan logam lebih banyak. Logam yang dimaksudkan disini adalah unsur lain selain hidrogen dan helium. Bintang dengan logam yang tinggi mengandung unsur lain dengan jumlah yang signifikan. Logam tersebut terbentuk pertama kalinya bersama bintang yang memiliki komposisi gas hidrogen dan helium mati dalam ledakan supernova dan melontarkan isinya ke ruang angkasa.

Tidak mengherankan jika planet cenderung ditemukan disekitar bintang yang memiliki lebih banyak logam. Hal ini karena planet terbentuk dari materi yang sama dengan sang bintang induk.

Bintang terbentuk dari kompresi gravitasi gas dan debu, sedangkan planet terbentuk dari sisa materi pembentukan bintang yang ada dalam piringan yang mengelilingi bintang.

Bagaimana membuktikan bahwa Bumi mengelilingi Matahari, dan bukan sebaliknya?

Pada awal perkembangan sains, orang-orang seperti Copernicus, Kepler, Galileo & Newton berpendapat bahwa alangkah lebih baik (untuk menjelaskan), lebih mudah (secara matematika) & lebih elegan (secara filosofis) bahwa Matahari berada di pusat, sementara Bumi & planet-planet berputar mengelilingi Matahari. Semua punya penjelasan yang memuaskan, secara teori untuk mengatakan hal itu.

Sampai sekarang, pelajaran SMU fisika pun memberikan penjelasan yang jelas & memuaskan, bahwa memang demikian ada-nya. Massa matahari yang jauh lebih besar daripada planet-planet membuat planet-planet harus tunduk pada ikatan gravitasi Matahari, sehingga planet-planet tersebut bergerak mengitari Matahari sebagai pusat. Demikian dari hukum Gravitasi Newton.

Perumusan matematika-nya secara gamblang dan jelas dijelaskan oleh perumusan Kepler, hanya karena Matahari yang menjadi pusat sistem.

Kalau memang begitu ada-nya dan tidak percaya, bagaimana membuktikannya? Gampang, terbang saja jauh-jauh dari sistem tata surya ke arah kutub, dan lihatlah bagaimana Bumi beserta planet-planet bergerak mengitari Matahari. Tentu saja ini adalah pernyataan yang bersikap humor. Tapi ini memang menjadi pertanyaan penting, bagaimana membuktikannya?

Bapak-bapak yang telah disebutkan tadi, tentu saja mempunyai pendapat yang berlaku sebagai hipotesa, dan harus bisa dibuktikan melalui pembuktian yang teramati/eksperimentasi. Apabila eksperimen berkesesuaian dengan hipotesa, maka hipotesa diterima dan itu menjadi teori. Bukankah demikian?

Masa Depan Bumi Saat Matahari Berevolusi


Perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini menjadi salah satu efek yang sangat signifikan dalam perubahan kondisi Bumi selama beberapa dekade dan abad ke depan. Namun, bagaimana dengan nasib Bumi jika terjadi pemanasan bertahap saat Matahari menuju masa akhir hidupnya sebagai bintang katai putih? Akankah Bumi bertahan, ataukah masa tersebut akan menjadi masa akhir kehidupan Bumi?

Milyaran tahun lagi, Matahari akan mengembang menjadi bintang raksasa merah. Saat itu, ia akan membesar dan menelan orbit Bumi. Akankah Bumi ditelan oleh Matahari seperti halnya Venus dan Merkurius? Pertanyaan ini telah menjadi diskusi panjang di kalangan astronom. Akankah kehidupan di Bumi tetap ada saat matahari menjadi Katai Putih?

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan K.-P. Schr¨oder dan Robert Connon Smith, ketika Matahari menjadi bintang raksasa merah, ekuatornya bahkan sudah melebihi jarak Mars. Dengan demikian, seluruh planet dalam di Tata Surya akan ditelan olehnya. Akan tiba saatnya ketika peningkatan fluks Matahari juga meningkatkan temperatur rata-rata di Bumi sampai pada level yang tidak memungkinkan mekanisme biologi dan mekanisme lainnya tahan terhadap kondisi tersebut.

Saat Matahari memasuki tahap akhir evolusi kehidupannya, ia akan mengalami kehilangan massa yang besar melalui angin bintang. Dan saat Matahari bertumbuh (membesar dalam ukuran), ia akan kehilangan massa sehingga planet-planet yang mengitarinya bergerak spiral keluar. Lagi-lagi pertanyaannya bagaimana dengan Bumi? Akankah Matahari yang sedang mengembang itu mengambil alih planet-planet yang bergerak spiral, atau akankah Bumi dan bahkan Venus bisa lolos dari cengkeramannya?

BUMI


Pengertian

Bumi merupakan satu-satunya planet yang sampai saat ini diketahui oleh manusia terdapat kehidupan makhluk hidup. Diameter bumi ini adalah 12.756 Km (di khatulistiwa). Jarak bumi dari matahari sekitar 150 Juta Km. Jarak tersebut dikenal dengan satu Satuan Astronomis (SA).

Bumi adalah planet ketiga dari delapan planet dalam Tata Surya. Beda dengan venus dan merkurius, di bumi terdapat satelit alam yaitu bulan. Bulan selalu mengelilingi bumi dalam berevolusi mengelilingi matahari. Bumi berotasi dalam waktu 23,9 Jam, dan berevolusi selama 365,3 Hari.

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA

PENDAHULAN: KATA PENGANTAR

Oleh: Moedji Raharto
Kepala Observatorium Boscha, Lembang, Bandung Guru Besar pada Jurusan Astronomi ITB

Alam semesta adalah fana. Ada penciptaan, proses dari ketiadaan menjadi ada, dan akhirnya hancur. Di antaranya ada penciptaan manusia dan makhluk hidup lainnya. Di sana berlangsung pula ribuan, bahkan jutaan proses fisika, kimia, biologi dan proses-proses lain yang tak diketahui.
Dalam buku Penciptaan Alam Raya karya Harun Yahya ini penulis memperkokoh keyakinan akan terintegrasinya pemahaman Islam dan pemahaman manusia (ilmuwan) tentang asal muasal alam semesta. Adapun pertemuan pemahaman ayat Al Quran dan sains astronomi adalah bahwa alam semesta ini berawal dan berakhir; dan Al Quran lebih jauh memberi petunjuk bahwa alam semesta mempunyai Dzat Pencipta (Rabbul alamin). Fenomena ini diharapkan menjadi pembuka jalan dan pemicu integrasi Islam dalam kehidupan manusia.
Seperti buku-buku Harun Yahya lainnya, penulis mengungkapkan renik-renik kehebatan, kemegahan, keindahan, keserasian, dan kecanggihan sebuah sistem di alam semesta, dan mengakhiri dengan pertanyaan: Apakah sistem yang demikian serasi terjadi dengan sendirinya, tanpa Yang Maha Perencana dan Yang Maha Pencipta? Eksplorasi semacam ini menggugah kecerdasan spiritual manusia, mendekatkan seorang muslim dengan khalik-Nya.
Mari kita berbincang sedikit mengenai alam semesta ini.

Sahabat

Sahabatku adalah tetesan embun pagi
yang jatuh membasahi kegersangan hati
hingga mampu menyuburkan
seluruh taman sanubari dalam kesejukan

Sahabatku adalah bintang gemintang malam di angkasa raya
yang menemani kesendirian rembulan yang berduka
hingga mampu menerangi gulita semesta dalam kebersamaan

Sahabatku adalah pohon rindang dengan seribu dahan
yang memayungi dari terik matahari yang tak tertahankan
hingga mampu memberikan keteduhan
dalam kedamaian
Wahai angin pengembarakabarkanlah kepadaku tentang dirinya

Sahabatku adalah kumpulan mata air dari telaga suci
yang jernih mengalir tiada henti
hingga mampu menghapuskan rasa dahaga diri dalam kesegaran

Sahabatku adalah derasnya hujan yang turun
yang menyirami setiap jengkal bumi yang berdebu menahun
hingga mampu membersihkan mahkota bunga dan dedaun dalam kesucian

Sahabatku adalah untaian intan permata yang berkilau indah
sebagai anugerah tiada tara
hingga mampu menebar pesona jiwa dalam keindahan
Wahai burung duta suara
ceritakanlah kepadaku tentang kehadirannya